Tapaktuan – Pernyataan pasangan calon nomor 4 Hendri Yono dalam debat kandidat yang berjanji membangun 1000-3000 ribu rumah duafa setiap tahunnya di nilai terlalu mengada-ngada, pasalnya selama 20 tahun menjabat bisa di lihat berapa banyak keluarga yang di bangun rumah duafa melalui anggaran pokok pikiran (pokir) yang bersangkutan.
“Jika kita kalkulasikan setiap rumah duafa biayanya Rp 65 juta /unit maka untuk 1000 rumah saja dibutuhkan setidaknya Rp 65 milyar per tahun belum termasuk biaya pengawasan dan perencanaan, apalagi jika ingin lebih dari itu. Apabila sumbernya dari APBK memang tidak mungkin, namun jika menjual sumber dana dari jemputan APBN dengan kondisi paslon IMAN yang maju melalui independen tentunya akan sulit, apalagi se Indonesia jumlah kabupaten itu mencapai 416 kabupaten belum lagi kota. Sehingga menunjukkan paslon IMAN terlalu mengada-ngada dalam berjanji,” ungkap Koordinator Suara Independen Rakyat Aceh Selatan (SIRAS) Samsul Rizal, Selasa dini hari, 29 Oktober 2024.
Samsul Rizal menyebutkan, dirinya salut dengan suara vokal Hendri Yono dan Mirwan dalam debat Calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Selatan. Namun, fakta menunjukkan bahwa selama keduanya diamanahkan sebagai wakil rakyat yang tugasnya menyuarakan aspirasi rakyat keduanya justru tidak vokal dan hampir tak terdengar suaranya di persidangan parlemen.
“20 tahun Hendriyono sebagai wakil rakyat baik di DPRK selama 10 tahun dan DPRA selama 10 tahun, apakah terlihat se vokal itu dalam persidangan dewan dan membela rakyat. Jawabannya jelas tidak, walaupun dirinya saat itu ditugaskan dan digaji dari uang rakyat untuk menyuarakan persoalan rakyat, sehingga bahasa vokal Hendri Yono pada debat kandidat semacam jauh api dari panggang, tak sesuai dengan realita selama diamanahkan sebagai wakil rakyat,” ujarnya.
Tak sebatas itu, Samsul Rizal juga menyoroti persoalan peruntukan anggaran Pokok Pikiran (Pokir) Hendri Yono selama dewan untuk pembangunan rumah duafa. “Masyarakat juga bisa cek dan lihat langsung selama 10 tahun DPRA saja berapa banyak rumah duafa yang di bangun dari Pokirnya sebagai anggota DPRA. Tentu kita bisa melihat secara realistis, selain persoalan program beasiswa pokir DPRA APBA T.A. 2017 yang sempat menyeret nama Hendri Yono juga program pokir yang diperuntukkan justru untuk yayasan keluarga secara 2 tahun berturut-turut, lalu bagaimana dengan pembangunan rumah duafa? Dari 8-15 milyar rupiah per tahun Pokir DPRA maka seharusnya sudah sekian banyak rumah duafa terbangun, tapi fakta masyarakat juga paham seperti apa. Itu belum lagi jika kita lihat Pokir/dana aspirasi yang bersangkutan semasa menjabat DPRK dan Pokir calon wakil Bupatinya saudar Mirwan semasa DPRK intinya masyarakat sudah bisa menilai sendiri seperti apa,” bebernya.
Dia menambahkan, jika kita lihat kepemimpinan di berbagai kabupaten/kota di Aceh dalam periode terakhir, hanya walikota Banda Aceh Aminullah Usman yang mampu membangun rumah duafa sebanyak 800 unit selama 5 tahun terakhir, sementara Darmansyah selama menjadi Pj Bupati Aceh Barat Daya hanya mampu membangun belasan rumah duafa selama dua tahun.
“Untuk itu, paslon IMAN diminta agar lebih realistis dalam berjanji ke masyarakat. Untuk apa menggebu-gebu jika hasilnya hanya menjadi debu. Sebagai pasangan politisi yang harus maju melalui independen seharusnya lebih bisa tampil apa adanya bukan mengada-ada, toh partai saja tak percaya hingga tak memberikan tiket kepadanya bagaimana mungkin mewujudkan pembangunan ribuan rumah duafa tiap tahunnya tanpa adanya dengan dana di luar APBK, karena proses penganggaran di tingkat pusat maupun provinsi tentunya di godok melalui parlemen oleh dewan yang merupakan keterwakilan partai. Tentunya masyarakat paham itu terlepas dari janji buta paslon kepala daerah,” demikian kata Samsul Rizal.(Ril)